
BREBES, gugah.id – Sekitar 3000 hektar lahan tambak di pesisir utara Brebes, hilang terkikis air laut atau abrasi. Kerusakan hutan pantai dan global warming menjadi penyebab fenomena alam tersebut.
Persoalan abrasi ini sudah berlangsung selama puluhan tahun. Sudah banyak lahan tambak warga yang hilang akibat abrasi ini.
Hilangnya daratan akibat tergenang air laut tersebut sudah menjadi ancaman nyata warga masyarakat di wilayah pesisir utara Kabupaten Brebes. Dari tahun ke tahun, proses alam ini masih terus berlangsung hingga kini. Bahkan di sejumlah wilayah, proses abrasi ini makin parah. Terjangan air laut semakin menjadi dan mengancam lahan lahan milik penduduk setempat.
Data di Dinas Perikanan Brebes menyebut, luas lahan tambak di Brebes mencapai 12 ribu hektar. Lahan tambak ini berada di 13 desa di lima kecamatan pesisir, masing masing; Brebes, Wanasari, Bulakamba, Tanjung dan Losarri. Akibat terkena abrasi sejak tahun 1985, sekitar 3000 hektar di antaranya sudah rusak alias tergenang air laut.
“Sekitar 3000 hektar dari 12 ribu lahan tambak di wilayah pesisir utara sudah rusak. Dari lima kecamatan yang terdampak, tiga kecamatan, masing masing Brebes, Wanasari dan Losari merupakan yang terparah,” ungkap Kabid Perikanan Tangkap, Dinas Perikanan Brebes, Iskandar Agung, Kamis (14/10/2021).

Menurut Iskandar, saat ini sekitar 4.000 hektar lahan yang perlu mendapat perhatian serius dan harus dijaga. Karena sekitar 2.000 hektar dari 4000 hektar lahan itu sudah kritis akibat abrasi. Sedangkan sisanya sudah bisa tertangani dengan penanaman mangrove di wilayah pesisir.
“Sebetulnya ini terkait dengan isu pemanasan global juga. Jadi memang sebetulnya ada teknologi terkait dengan penanganan abrasi ini, di antaranya melalui metode vegetasi. Jadi penguatan sabuk pantai dengan penanaman penanaman vegetasi lokal seperti mangrove dan lainnya,” ungkap Iskandar.
Salah satu desa yang terkena abrasi cukup parah adalah Randusanga Kulon Kecamatan Brebes.
Afan Setiyono, Kepala Desa Randusanga Kulon mengatakan, sekitar 750 dari 1.300 hektar lahan tambak di wilayahnya sudah hilang terkena abrasi. Abrasi ini juga berdampak pada ekonomi masyarakat. Di mana setiap sore air sudah masuk ke pemukiman penduduk sehingga mengganggu aktifitas warga.
“Di desa kami ada 1300 hektar tambak dan yang rusak akibat abrasi sebanyak 750 hektar. Ini sangat memprihatinkan karena juga mengganggu kegiatan ekonomi warga. Karena akibat abrasi ini hampir setiap sore air naik ke pemukiman warga. Ini sangat mengganggu aktifitas warga,” tutup Afan. (mah)