
SOLO, gugah.id – Tiga pemuda kreatif asal Kabupaten Brebes lolos dalam ajang Apresiasi Kreasi Indonesia (AKI 2021) yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Mereka mengikuti ajang bergengsi tersebut di Solo, Jawa Tengah, Jumat lalu (8/10/2021).
Di balik kesuksesannya itu, ternyata ada kisah perjuangan yang inspiratif. Seperti apa kisahnya?
Tiga orang pemuda itu adalah Ali Hasbi Ashiddiqi (29) warga Desa Dukuhtengah, Kecamatan Ketanggungan; Dienda Lora Buana (25) berasal dari Desa Sidamulya, Kecamatan Wanasari; kemudian Agung Afrian M. Zain (20) dari Kecamatan Sirampog.
Ali Hasbi Ashiddiqi menceritakan, keberangkatan dirinya bersama kedua temannya ke lokasi acara di Kota Solo cukup disesalkan karena dari Pemkab Brebes dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dinbudpar) menyatakan, tidak adanya alokasi anggaran untuk mendukung pemuda pada keikutsertaan event AKI 2021 tersebut.
“Awalnya kami tahu ada event AKI (Apresiasi Kreasi Indonesia) 2021 dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Pada 24 Agustus kami sama-sama lolos AKI (Aris Sutanto Subsektor Fashion mewakili Batik BangSin, Saya Ali Subsektor Film mewakili The Documenter),” kata Hasbi saat dikonfirmasi, Minggu (10/10/2021).

Baca Juga:
Hasbi melanjutkan, persiapan menuju event AKI 2021 di Kota Solo cukup ribet dan menguras tenaga, biaya dan waktu. Dirinya bersama orangtua sampai berhutang ke beberapa orang untuk persiapan tersebut. Di antaranya tes swab, cetak kaos tim, roll banner dan promokit lainnya.
“Tanggal 30 September, saya muter jualan bawa stok Batik BangSin ke beberapa kantor untuk tambahan ongkos ke Kota Solo,” lanjut Hasbi.
Sesampainya di Kantor Dinbudpar Brebes, tutur Hasbi, bukan bermaksud ‘ngemis’ perhatian atau dukungan. Dirinya hanya memberitahu mendapat undangan AKI 2021 resmi kepada Dinbudpar Brebes. Namun, di kantor itu justru pejabat terkait saling lempar dan sama sekali tidak ada dukungan.
“Saya datang kepada Pak Kadinbudpar, namun diarahkan ke Bidang Kebudayaan. Dari Bidang Kebudayaan lalu diarahkan ke Bidang Pariwisata dan dinyatakan bahwa tidak ada semacam anggaran dukungan untuk keikutsertaan kami di event AKI 2021, yang notabene Dinbudpar masih satu hirarki dengan Kemenparekraf,” tuturnya.
Hasbi pun kembali menghadap Kepala Dinbudpar dan bermaksud menawarkan stok kain batik yang tersisa untuk tambahan ongkos ke Kota Solo. Namun, lagi-lagi kain tersebut tak dilirik.
“Saya tawarkan kain batik karya saya juga nggak mau dibeli. Sekali lagi saya nggak bermaksud minta atau ‘ngemis’ tapi kok ya prestasi ini kayak nggak ada nilainya di mata mereka. Ya sudah saya pulang,” lanjut dia.
Tak patah arang, Hasbi pun menghubungi teman-temannya yang juga dinyatakan lolos menjadi finalis ajang bergengsi AKI 2021. Hasbi akhirnya menumpang kendaraan Dienda Lora Buana, Finalis AKI dari Subsektor Kuliner yang sama-sama dari Brebes untuk menghemat ongkos.
“Menjelang keberangkatan kami bingung karena lolos 2 Subsektor, butuh pendamping atau tambahan tim saat pameran berlangsung. Kemudian kami rekrut Mas Fadli Ahmad Hamzah, Mahasiswa UMUS Brebes juga yang harus berangkat ke Solo di hari kedua bootcamp AKI. Dia naik motor dari Brebes ke Solo hampir 5 jam perjalanan,” ungkapnya.
Hasbi menuturkan, untuk menutup operasional sebelum event dan selama event AKI berlangsung, dirinya bersama rekannya memaksimalkan gaet para pengunjung pameran untuk mampir ke booth atau stand-nya. Hasil penjualan akhirnya bisa menutup seluruh hutang untuk persiapan mengikuti event nasional tersebut.
“Alhamdulillah ada juga penggantian transport dari Panitia AKI 2021, kami ucapkan terima kasih. Saat itu juga kami bersyukur bisa menarik Mas Menteri Parekraf, Sandiaga Salahudin Uno dan Mas Walikota Solo, Gibran Rakabuming Raka ke booth kami untuk berfoto bersama dan meminta beliau-beliau tanda tangani sertifikat finalis AKI kami. Momen itu cukup untuk meningkatkan branding usaha kami,” paparnya.
“Tidak sempat curhat sama Menteri Pak Sandiaga. Tapi yang bikin kami iri, Bupati atau Walikota lain pada datang mendampingi pemudanya yang lolos AKI. Hanya Brebes yang tidak ada satu pun pejabat yang datang. Pak Menteri sempat kagum karena saya lolos di 2 Subsektor, Fashion dan Film. Peserta lain rata-rata memang mewakili 1 Subsektor aja,” tutupnya.
Dienda Lora Buana, Finalis AKI dari Subsektor Kuliner asal Brebes pun menyayangkan Pemkab Brebes dan dinas terkait yang seakan tutup mata dan telinga dengan karya-karya para pemudanya. Namun demikian, sebagai pekerja kreatif, dirinya sudah biasa dituntut untuk lebih mandiri dan tidak termanjakan perhatia atau dukungan Pemkab Brebes.
“Semoga setelah event AKI2021, produk kreatif kita bisa lebih tumbuh dan berkembang,” ungkapnya. (mah)