
BREBES, gugah.id – Nanang Kusnandar (44) terpaksa dipasung karena sering mengamuk dan menyiksa ibunya, Casniti (67). Sudah tiga tahun ini, Kusnandar tak bisa bergerak leluasa lantaran kakinya dirantai di tiang rumahnya yang berada di Desa Bulakelor Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes. Sudah beberapa tahun ini, kusnandar sering mengamuk.
Sejak mengalami gangguan jiwa pada tahun 2000 silam, Kusnandar sering mengamuk jika penyakitnya kambuh. Sang ibu pun terpaksa memasungnya, lantaran dikhawatirkan akan membahayakan warga sekitar. Kusnandar dipasung menggunakan rantai yang panjangnya 20 centimeter. Sehingga, Kusnandar tak bisa bergerak leluasa.
Casniti mengungkapkan, Nanang Kusnandar adalah anak kelima atau anak terakhirnya. Dirinya tinggal di gubuk tak layak huni bersama anak terakhirnya, Kusnandar. Dirinya pun merawat Kusnandar seorang diri. Meskipun sering disiksa anaknya saat penyakitnya kambuh, namun Casniti tetap merawatnya dengan ikhlas.
“Mulai mengalami gangguan jiwa itu tahun 2000 setelah dikeroyok preman saat berjualan keliling di Bandung. Sejak itu Kusnandar mengalami gegar otak dan sampai akhirnya gangguan jiwa,” kata Casniti, Rabu (18/8).
Casniti menuturkan, Kusnandar sempat mondok di pesantren di Garut sebelum akhirnya menikah dengan isterinya, Waniah dan dikaruniai satu anak. Sejak sering mengamuk, isterinya pun berpisah dengan Kusnandar dan meninggalkannya. Di tengah kekurangwarasannya itu, sang ibu dengan telaten merawat anaknya.
“Sudah sering berobat ke dokter. Rawat jalan. Tapi kalau obatnya habis ya kambuh dan ngamuk lagi. Kalau berobat juga habis banyak,” jelasnya.
Di tengah kebingungan itu, Casniti tetap merawat anaknya meskipun dirinya terpaksa harus memasungnya. Kusnandar sudah dipasung di atas tempat tidurnya selama tiga tahun terakhir. Ia pun tidur hanya beralaskan tikar di dekat kandang ayam dengan kondisi rumah yang berantakan.
Sementara itu, Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Brebes, Johan Asanni mengungkapkan, di Kabupaten Brebes ada sekitar 50 orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang dipasung. Cara pemasungannya pun beragam, di antaranya dengan dirantai, dikurung di kamar dan lainnya.
“ODGJ perlu disembuhkan. Kami juga memberikan obat dan perawatan. Untuk obat-obatan mereka biaa mendapatkannya secara gratis,” kata Johan di kantornya.
Johan mengungkapkan, kasus-kasus pemasungan yang terjadi di Kabupaten Brebes sudah pernah mengalami fase sembuh. Namun karena pihak keluarga memberikan perhatian dan memberikan obat secara rutin, maka kondisi kejiwaan ODGJ kambuh dan bawaannya selalu gelisah.
“Paling tidak kami memberikan tiga jenis obat agar ODGJ itu tidak mengamuk. Karena obat itu salah satunya untuk melemaskan otot. Jadi dia tidak punya kemampuan untuk bersikap agresif,” tuturnya.
Johan menegaskan, Dinas Kesehatan Brebes sudah melakukan kaderisasi untuk menangani ODGJ di tiap-tiap desa. Mereka dikader oleh masing-masing puskesmas untuk menjadi kader kesehatan jiwa. Tugas mereka adalah memantau dan mengambilkan obat di puskesmas yang biasanya diantar satu bulan sekali.
“Biasanya kalau sudah ditinjau oleh pemerintah desa dan puskesmas, kader kesehatan jiwa akan mengambilkan obat di puskesmas,” pungkasnya. (*)