
BREBES, gugah.id – Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) dari berbagai perwakilan sejumlah daerah menggelar pertemuan menyikapi menurunnya harga bawang merah di tingkat petani. Pertemuan yang digelar di Brebes, Minggu (14/11/2021) kemarin menghasilkan beberapa poin yang disikapi oleh pemerintah, pengurus ABMI, maupun oleh petani sendiri.
Ketua Umum ABMI, Juwari mengatakan, ada beberapa poin yang harus disikapi bersama agar merosotnya harga bawang merah di pasaran tidak berkepanjangan. Pertama, bawang merah saat ini sudah surplus produksi di beberapa kabupaten/kota di sentra produksi bawang merah maupun bukan sentra produksi.
“Ini ada beberapa teman dari ABMI yang meminta pemerintah bisa mengurangi pengembangan kawasan,” kata Juwari.
Juwari meminta pemerintah untuk tidak mengabaikan kepada mereka yang belum memiliki benih. Hal ini supaya bisa diberi bantuan benih, baik petani untuk daerah sentra maupun bukan daerah sentra. Kedua perbanyak pergudangan, yang tidak hanya didirikan di daerah sentra, akan tetapi pemerintah bisa mendirikan gudang-gudang di daeah sentra baru.
“Gudang-gudang di sentra baru seperti Demak, Pati, Sragen, Kendal kemudian Banten, juga harus didirikan,” tambahnya.
Juwari menegaskan, daerah-daerah sentra baru juga membutuhkan adanya gudang gudang sebagai penyangga bawang merah. Termasuk kepada petani untuk pembelajaran paska panen di daerah daerah lain yang belum memahami masa paska panen. Menurutnya, banyak petani di daerah sentra baru selain Brebes, saat paska panen ingin bawang merahnya langsung dijual.
“Padahal kalau semakin banyak digelontorkan ke pasaran, maka akan mempengaruhi harga yang semakin menurun. Kami mohon kepada petani harus bisa menyimpan dulu untuk tunda jual,” tegas Ketua Umum ABMI.
Poin ketiga, pemerintah diminta untuk membantu petani dengan mengekspor bawang merah ke sejumlah negara. Sayangnya untuk tahun ini sudah telat karena negara tujuan ekspor bawang merah sudah tutup menjelang akhir tahun. Namun masalahnya, untuk tahun ini pemerintah hanya mengekspor bawang merah kurang dari 5 persen dari tahun-tahun sebelumnya.
“Ini karena pandemi Covid-19. Padahal saat ekspor sebelumnya, setiap tahun bisa mengirim bawang merah lokal ke luar negeri hingga 10 ribu ton” ungkapnya.
Keempat, pemerintah harus memiliki program-program masa panen dan pengolahan bawang merah untuk menjadi produk pengolahan, seperti bawang goreng, pasta dan produk pengolahan lainnya yang juga diekspor ke luar negeri. ABMI juga meminta asuransi pertanian untuk segera direalisasikan, karena sesuai dengan program pemerintah tentang perlindungan terhadap petani.
“Pemerintah juga diminta untuk tidak menggelontorkan bantuan benih atau bantuan lainnya yang bisa diberikan saat tidak terjadi panen raya seperti di bulan Januari, yang memang pasokan bawang merahnya berkurang,” pungkasnya.
Juwari juga menjelaskan, hasil pertemuan ini, akan dikirim ke Kementerian Pertanian dan Kementerian terkait lainnya agar ada langkah bersama sehingga harga bawang merah bisa kembali stabil. Apalagi menurutnya jika harga bawang merah sebenarnya ditentukan oleh pasar. (mah)