
BREBES, gugah.id – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Brebes, menggelar pertunjukan kesenian rakyat yang pertama sejak pandemi Covid-19, Sabtu malam (20/11/2021).
Seni tradisi Sintren dan Benta Benti ini diharapkan bisa mengangkat ekonomi kreatif masyarakat sekitar.
Pertunjukan kesenian rakyat tersebut digelar di lapangan fustsal di Desa Pamulihan Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes, dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes).
Dari sejumlah pertunjukan kesenian rakyat yang digelar, seni tradisi Sintren dan Benta Benti yang paling menjadi perhatian pengunjung. Sintren merupakan kesenian tari tradisional masyarakat Jawa khususnya di Pantura Kendal hingga Cirebon dan Indramayu.
Ada aroma mistis dalam pertunjukan kesenian tradisional Sintren itu. Bau asap kemenyan mengiringi lagu-lagu yang sebenarnya semacam mantera, yang dinyanyikan sepanjang pertunjukan yang berlangsung hampir satu jam.
Melalui rangkaian doa yang diiringi lagu-lagu bernada magis tersebut, pemeran Sintren yang terdiri lelaki dan prempuan sebagai sepasang kekasih, menjadi fokus utama. Keduanya yang sebelumnya dimasukkan dalam dua tempat tutup yakni kurungan tempat yang biasa untuk ayam, kemudian keluar dan menari.
Usai pertunjukan seni tradisi Sintren, kemudian Benta Benti. Benta Benti juga seni tradisi ritual yang sebenarnya untuk meminta hujan dan biasanya dilakukan pada Jumat tengah malam hingga dini hari.
Sebelum Sintren dan Benta Benti ada juga pertunjukan seni Rudat. Seni Rudat berkembang di kalangan pesantren sekitar abad XV, seiring dengan penyebaran Agama Islam.
Pertunjukan kemudian diakhiri dengan pergelaran wayang golek oleh dalang muda Dinar Panji Sudarya asal Desa Sipajang Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes, dengan lakon Panca Braja Pangesti.
Kepala Bagian (Kabag) Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Brebes Wijanarto, menyampaikan acara digelar sebagai upaya merayakan pertunjukkan kesenian rakyat yang selama pandemi Covid-19 mengalami problem, lantaran tidak bisa berekspresi sekaligus mencari nafkah.
“Kita mencoba menghadirkan para pegiat kesenian rakyat, untuk berekspresi sekaligus agar mereka berkiprah lagi seperti sebelum terjadi pandemi Covid-19. Sekarang Kabupaten Brebes masuk kategori PPKM Level 2 jadi diperbolehkan, tapi tetap dengan menerapkan protokol kesehatan,” kata Wijanarto.
Wijanarto menuturkan, gelaran kesenian rakyat sengaja dilakukan di Desa Pamulihan Kecamatan Larangan, sebagai salah satu desa yang masuk kategori kemiskinan ektrem di Kabupaten Brebes dan Jawa Tengah.
“Kita ingin mebuktikan bahwa negara itu hadir untuk mencari solusi bahwa kesenian tradisional juga bisa dikemas menjadi seni ekonomi kreatif,” jelas Wijanarto.
Gelaran kesenian rakyat di Desa Pamulihan yang dibuka secara virtual oleh PLT Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah, Yuni Astuti dan dihadiri antara lain Wakil Bupati Brebes, Narjo dan Camat Larangan Eko Supriyanto, disambut antusias warga dengan tetap menerapkan protokol kesehatan ketat. (mah)