
Oleh: Imron Rosyadi
Gerimis Penuh Tangis
Selalu ku sesali saat tidak menggenggamu melewati gerimis yang lupa habis
Kupadatkan getun itu sampai menggerutu
Bersama gerutan gigi bertemu gigi, jalan menemui pergi
bersama lekukan waktu yang tak pernah kembali
Gerimis di tepian sungai itu telah mengalirkan kisah tragis
Penuh tangis terbawa arus sungai ke ceruk-ceruk luka dan kemana-mana
: Peradaban selalu di mulai dengan duka
Sampai pada hilir sungai, dan sesal tak mungkin selesai.
Padamu lah muara hidup
Aku arahkan nasib dan takdir
Meski segala salah dan cintaku telah berpasir
Terbawa banjir
tenggelam dalam dadamu tanpa palung akhir.
2022
Begitulah Banjir Merendam
Begitulah banjir akhirnya merendam
Kaki-kaki bungah telah tenggelam
Jejak-jejak hanya misteri,
sejak kebenaran telah mati
sudah buyar mbak-byur, timpas oleh deras
Hanya sabar sampai ke batas
Hujan pun sering kali tak mendengar
Doa-doa dibawa alirnya sampai muara putus asa,
korban hanya keniscayaan
Di tanah Jawa ini,
orang-orang menanti
Surutnya ratapan, pasangnya harapan
Dengan mata binar tanpa mbrebes milih.
2019-2022

Imron Rosyadi, pegiat sastra di Kabupaten Brebes. Karya-karyanya bertengger di rak-rak buku bersama sastrawan lainnya. Lulusan UIN Syarif Hudayatullah.