Rehab Sejumlah Sekolah di Brebes Molor, Siswa Bergantian Belajar

Pendidikan
Sejumlah tukang bangunan masih beraktivitas merehab sekolah di tengah kontrak pekerjaan yang nyaris habis.

Rehab Enam Sekolah Masuk Kontrak Kritis

BREBES, gugah.id – Rehab sejumlah bangunan sekolah di Kabupaten Brebes terancam tidak bisa dimanfaatkan siswa untuk belajar. Hal ini lantaran kontrak pekerjaan rehab sekolahan dari Dana Alokasi Khusus (DAK) tersebut nyaris habis, sedangkan progres pembangunan rata-rata masih di bawah 60 persen. Kini rehab bangunan sekolahan itu masuk kategori kontak kritis.

Lambatnya proses pembangunan rehab sekolah itu berimbas pada proses belajar siswa. Selama proses pembangunan, pihak sekolah menerapkan sistem shift atau bergantian antara kelas yang satu dengan kelas lainnya. Di antara sekolah itu juga, siswa di sejumlah sekolah terpaksa belajar di luar kelas.

Kasubag Evaluasi dan Pelaporan Administrasi Pembangunan Setda Brebes, Andriyani mengungkapkan, pihaknya bersama sejumlah pihak termasuk Inspektorat Brebes dan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olaharaga (Dindikpora) Brebes sudah memanggil pihak kontraktor untuk rapat bersama terkait pekerjaan yang bersumber dari DAK tersebut.

“Saat ini masih ada enam paket pekerjaan yang progresnya masih di bawah 50 persen. Sedangkan masa kontrak akan habis antara 20-28 November mendatang. Jadi kurang sebelas hari lagi kontraknya, tapi belum sampai 50 persen,” kata Andriyani di kantornya, Jumat (19/11/2021).

Andriyani menjelaskan, kelima pekerjaan tersebut saat ini masuk kategori kontrak kritis. Pihaknya pun meminta kepada para kontraktor untuk segera menyelesaikan pekerjaan tersebut, karena sangat dibutuhkan siswa untuk belajar lebih nyaman. Sebab, selama proses rehab sekolah, siswa hanya bisa belajar di teras, musala, dan lainnya.

“Pekerjaan yang masuk kontrak kritis ini di sekolah yang ada di Kecamatan Songgom, Tanjung dan Losari. Tidak ada faktor yang memengaruhi keterlambatan. Ini hanya soal kesanggupan mereka menyelesaikan pekerjaan,” lanjut dia.

DAK Pendidikan untuk Rehab Sekolah Capai Rp. 38,4 Miliar

Andriyani menuturkan, Kabupaten Brebes mendapatkan DAK APBN untuk pendidikan sebanyak 62 paket pekerjaan dengan total anggaran Rp. 38.498.603.932 (miliar). Satu kontrak pekerjaan paling tinggi nilainya Rp.1,19 miliar dan paling kecil anggarannya senilai Rp.371 juta. Dari 62 paket pekerjaan itu, ada enam pekerjaan yang progresnya jauh dari harapan.

“Tidak ada faktor keterlambatan, karena lokasi rehab sekolah itu juga aksesnya gampang untuk membawa material dan lainnya,” tambahnya.

Andriyani menuturkan, keterlambatan progres ini berdampak pada pihak sekolah yang selama ini mengatur jam pembelajaran siswa. Lantaran gedung sekolah tengah direhab, untuk sementara siswa belajar di tempat seadanya seperti di teras, musala dan lainnya. Kondisi ini pun mendapat protes dari orangtua siswa.

“Jika pekerjaan ini tak kunjung selesai maka akan berdampak pada kenyamanan siswa untuk belajar,” ungkapnya.

Berikut Enam Sekolah yang Molor Pembangunannya

  1. SD Negeri 01 Karangjunti Kecamatan Losari dengan progres 44 persen dan anggaran Rp.1,193 miliar;
  2. SD Negeri 04 Pangabean Kecamatan Losari dengan progres 56 persen dan anggaran Rp. 625.185.000;
  3. SD Negeri 01 Kubangputat Kecamatan Tanjung dengan progres 41,54 persen dan anggaran Rp. 371.519.000.
  4. SD Negeri 01 Karangreja Kecamatan Tanjung dengan progres 73 persen dan anggaran Rp. 366.777.000;
  5. SD Negeri 01 Karangsambung Kecamatan Losari dengan progres 56,34 dan anggaran Rp. 677.615.000;
  6. SD Negeri 04 Cenang Kecamatan Songgom dengan progres 54 persen dan anggaran Rp.509.000.000.

Siswa Belajar Bergantian

Salah satu sekolah yang menerima bantuan DAK yang bersumber dari APBN ini adalah SD Negeri 04 Pangabean yang berada di Kecamatan Losari. Hingga saat ini, rehab bangunan kelas di sekolah itu belum rampung. Begitupun dengan bangunan kantor yang dijadikan sebagai ruang guru dan Unit Kesehatan Sekolah (UKS) juga tak kunjung rampung.

SD Negeri 04 Pangabean mendapatkan alokasi anggaran Rp. 625.185.000. Namun progres rehab ruang kelas, ruang guru, dan ruang UKS baru mencapai 56 persen. Belum rampunya proyek yang dimulai sejak Juli lalu itu membuat proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah tersebut terganggu.

Pantauan di lapangan, ada sejumlah ruang kelas, UKS di sekolah tersebut yang direvitalisasi melalui DAK. Namun, dengan masa kontrak pelaksanaan pembengunan yang habis beberapa hari lagi, dikhawatirkan bangunan ruang kelas tersebut tidak selesai tepat waktu. Pasalnya, hingga berita ini dierbitkan belum ada ruangan yang sudah selesai direhab.

Bahkan, sejumlah pekerja pun masih melakukan proses pembangunan. Baik itu membuat pondasi utnuk bangunan UKS, memasang genteng, mengaci bangunan hingga membuat adukan (campuran semen, air dan pasir). Ruangan yang direhab tersebut terdiri dari empat ruang kelas, satu ruang untuk guru, UKS dan kamar mandi.

Ditemui di kantornya, Kepala SD Negeri Pangabean 04 Abukhaeron membenarkan bahwa proses rehab sekolahnya sudah berjalan sejak Juli lalu. Namun, hingga saat ini belum ada satu ruangan pun yang rampung. Khusus ruang kelas, dulunya merupakan ruang kelas untuk kelas 1A dan 1B, serta ruang kelas 4A dan VIB.

Belum rampungnya rehab ruang kelas itu membuat pihak sekolah melakukan sistem shift dalam proses pembelajaran. Untuk kelas rendah yakni kelas 1, 2, dan 3 masuk shift pagi dan kelas tinggi yakni kelas 4, 5 dan 6 masuk siang. Bahkan, dampak dari pembangunan ini ada beberapa kelas yang tidak mendapatkan ruangan.

“Jadi istilahnya ada kelas terbang. Kelas terbang atau yang tidak mendapatkan ruang kelas ini menempati ruang kelas lainnya yang melaksanakan pelajaran olahraga. Sehingga, saya menyarankan ke guru olahraga jika pelajaran olahraga untuk di luar kelas. Hal ini sebagai upaya kami dalam mengurangi jumlah kelas,” katanya, Jumat (19/11/2021).

Bahkan, saat proses pembelajaran turun hujan, pihak sekolah sudah meminta izin kepada pengurus masjid untuk menumpang proses pembelajaran olahraga dan berteduh di masjid itu. Namun, guru olahraga menyarankan untuk pelajaran olahraga jika situasinya sedang hujan bisa menggunakan teras sekolah.

“Kalau total itu rombongan belajar ada 12 dan kelasnya ada 10. Jadi, ada satu rombongan belajar yang menempati ruang perpustakaan dan ada satu kelas lain dilakukan bergantian yaitu di kelas dua,” ucapnya.

Dirinya berharap, rehab ruang kelas di SD Negeri 04 Pangabean tersebut bisa secepatnya dirampungkan. Sehingga, para siswa bisa berangkat pagi tanpa harus ada sistem shift. Apalagi sejumlah wali murid juga banyak yang protes dan menanyakan kapan rehab sekolah ini bisa selesai.

“Jadi kami berharap kepada para tim pelaksana proyek biar cepet selesai, sehingga siswa bisa berangkat pagi semua,” ucapnya.

Salah seorang wali murid yang ruang kelas anaknya sedang direhab, Masroah (40) meminta kepada tim pelaksana untuk bisa segera menyelesaikan proses rehab ruang kelas tersebut. Sehingga, anaknya bisa mendapatkan pelajaran dengan tenang dan nyaman tanpa harus bergantian dengan siswa lain.

“Anak saya ada yang berangkat pagi ada juga yang siang. Jadi melihatnya kasihan gitu. Jadi saya harap bangunan ini bisa segera selesai, sehingga anak saya dapat ruang kelas,” katanya.

Sementara itu, sejumlah siswa juga mengungkapkan tidak betah jika harus berangkat sekolah dengan sistem shift. Pernyataan itu diungkapkan salah seorang siswa Pandu Wirayuda Utama. Dirinya mengaku kurang betah jika berangkatnya menggunakan siatem shift. Dirinya berharap rehab ruang kelas bisa cepat selesai, sehingga dirinya bisa kembali berangkat pagi.

“Kurang betah. Jadi harapannya ruang kelas bisa cepet selesai biar bisa ditempati. Ingin cepat selesai, sehingga belajarnya tidak sift lagi,” tandasnya.

Dindikpora Brebes Sudah Wanti-wanti Pekerjaan Selesai Tepat Waktu

Tepisah, menanggapi masih adanya rehab sekolah yang masih jauh dari target, Sekertaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dindikpora) Kabupaten Brebes Rojat mengatakan, pihaknya sudah sejak awal mewanti-wanti kepada pihak pelaksana untuk proses pengerjaan ini selesai tepat waktu.

Sampai saat ini, pihaknya telah menerima sejumlah pihak pelaksana atau rekanan yang mengajukan addendum (perpanjangan durasi pekerjaan). Namun pihaknya akan mengkasi terlebih dahulu terkait aturan addendum tersebut. Jika nanti aturannya memperbolehkan akan kami tindaklanjuti. Namun karena saat ini sitem beljar masih tatap muka terbatas, maka tidak ada masalah.

“Semua siswa belajar di dalam kelas dengan sistem shift. Tidak ada siswa yang belajar di teras. Kalau di teras itu mungkin siswa yang masih menunggu shift. Terkait sanksi terhadap pihak pelaksana proyek, pihaknya akan melihat aturan agar biar salah,” pungkasnya. (mah)

Leave a Reply